Senin, 20 Mei 2013

LINGUISTIK UMUM


LINGUISTIK UMUM
BAB I Pendahuluan
            Linguistik umum adalah ilmu linguistik itu tidak hanya mengkai sebuah bahasa saja, seperti bahasa Jawa atau bahasa Arab, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia, yang dalam peristilahan Prancis disebut langage.
            Dalam ilmu keilmuan ternyata yang “mengambil” bahasa sebagai bukan hanya linguistik, tetapi ada pula ilmu atau disiplin lain, misalnya, ilmu susastra, ilmu sosial, psikologi, dan fisika. Oleh karena itu, bedanya terletak pada pendekatan ilmu-ilmu tersebut terhadap bahasa itu.  Ilmu susastra mendekati bahasa sebagai wadah seni, sebagai sarana atau alat untuk mengungkapkan karya seni. Ilmu sosial memandang bahasa sebagai alat interaksi sosial dalam masyarakat. Psikologi mendekati bahasa sebagai  gejala pelahiran kejiwaan. Fisika mendekati bahasa sebagai fenomena alam, yaitu gelombang bunyi yang merambat dari mulut pembicara ke telinga si pendengar.
            Sebagai alat komunikasi manusia bahasa adalah suatu sistem yang bersifat sistematis dan sekaligus sistemis. Sistemis adalah bahasa bukan suatu sistem tunggal, melainkanterdiri dari pula dari beberapa subsistem, yaitu subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik.
BAB II Linguistik Sebagai Ilmu
            Pada dasarnya setiap ilmu, termasuk juga ilmu liguistik, telah mengalami tiga tahap perkembanagan sebagai berikut.
            Tahap pertama spekulasi. Dalam tahap ini membicarakan tentang  sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilaukan dengan sikap spekulatif. Artinya kesimpulan itu dibuat tanpa didukung oeh bukti-bukti empiris dan dilaksanakan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu.
            Tahap kedua tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini ahli di bidang bahasa baru mengumpulkan dan meggologkan segala fakta bahasa dengan teliti tanpa memberi teori atau kesimpulan apapun.
            Tahap ketiga adanya perumusan teori. Pada tahap ni disipin ilmu berusaha memahami masalah-masalah dasar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah-masalah itu berdasarkan data empiris yang dikumplkan. Kemudian dirumuskan hipotesis atau hipotesis-hiptesis yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dan menyusun tes untuk menguji hipotesis-hipotesis terhadap fakta-fakta yang ada.
            Dalam ilmu logika atau ilmu menalar selain adanya penalaran secara induktif ada juga penalaran secara deduktif. Secara induktif, mula-mula dikumpulkan data-data khusus; lalu, data-data khusus itu ditarik kesimpulan umum. Secara deduktif adalah kebalikannya. Artinya, suatu kesimpulan mengenai data khusus dilakukan berdasarkan kesimpulan umum yang telah ada. Namun, kebenaran kesimpulan umum, yang lazim disebut premis mayor. Kalau kita menarik kesimpulan deduktif itu. Kalau kita menarik kesimpulan deduktif dari premis mayor terhadap data khusus atau premis minor, seperti berikut :
Premis Mayor              : Semua mahasiswa lulus SMA
Premis Minor               : Nita seorang mahasiswa
(data khusus)
Kesimpulan deduktif  : Nita adalah lulus SMA

            Pendekatan bahasa sebagai bahasa, sejalan dengan ciri-ciri hakiki bahasa seperti berikut: pertama, karena bahasa adala bunyi ujaran, maka linguistik melihat bahasa sebagai bunyi. Artinya bagi linguistik bahasa lisan adalah primer dan bahasa tulisan adalah skunder. Kedua, karena bahasa itu unik, maka linguistik tidak berusaha menggunakan kerangka suatu bahasa untuk dikenakan pada bahasa lain. Ketiga, karena bahasa adalah suatu sistem, maka linguistik mendekati bahasa bukan sebagai kumpulan unsur yang terlepas, melainkan sebagai kumpulan unsur yang satu dengan yang lain mempunyai jaringan hubungan. Keempat, karena bahasa itu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perkembangan sosial budaya masyarakat pemakainya, maka linguistik memperlakukan bahasa sebagai suatu yang dinamis. Kelima, karena sifatnya empiris, maka linguistik mendekati bahasa secara deskripsi dan tidak secara preskriptif. Artinya yang penting dalam linguistik adalah apa yang sebenarnya diungkapkan oleh seseorang dan bukan apa yang menurut si peneliti seharusnya diungkapkan.
1.      Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu dapat dibedakan adanya linguistik umum dan linguistik khusus
Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum. Sedangkan linguistik khusus adalah berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa tertentu, seperti bahasa inggris, bahasa indonesia, ataupun bahasa jawa.
2.      Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu atau bahasa pada sepanjang masa dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik dan  linguistik diakronik
Linguistik sinkronik adalah mengkaji bahasa pada masa yang terbatas. Misalnya megkaji bahasa indonesia pada tahun dua puluhan, dll. Studi linguistik sinkronik ini biasa disebut juga linguistik deskripsi, karena berupaya mendeskripsikan bahasa secara apa adanya pada suatu masa tertentu. Linguistik diakronik berupaya mengkaji pada masa yang tidak terbatas; bisa sejak awal kelahiran bahasa itu sampai zaman punahnya bahasa tersebut, atau sampai zaman sekarang.
Kajian linguistik diakronik bersifat historis dan komperatif. Dan tujuan utama dari linguistik ini adalah untuk mengetahui sejarah struktural bahasa itu beserta dengan segala bentuk perubahan dan perkembangannya.
3.      Berdasarka objek kajiannya, apakah struktur internal bahasa atau bahasa itu dalam hubungannya dengan faktor-faktor diluar bahasa dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik makro
Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya. Studi linguistik mikro merupakan studi dasar linguistik sebab yang dipelajari adalah struktur internal bahasa itu. Sedangkan linguistik makro menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor diluar bahasa, lebih banayk membahas faktor luar-bahasanya itu daripada stryktur internal bahasa.
Semua subdisiplin itu bisa bersifat teoritis maupun bersifat terapan, diantaranya:
a.       Sosiolinguistik adalah subdisiplin ilmu linguistik yang mempelajari bahasa sebagai hubungan pemakaiannya di Masyarakat. Dalam sosiolinguistik dibicarakan  pemakai dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibat adanay kontak dua buah bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu. Sosiolinguistik merupakan interdisipliner antara sosiologi dan linguistik.
b.      Psikolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan bahasa dengan prilaku dan akal budi manusia, termasuk bagaimana kemampan berbahas itu dapat diperoleh. Jadi psikolinguistik merupakan interdisipliner antara psikologi dan linguistik.
c.       Antropolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan bahasa dengan budaya dan pranata budaya manusia. Antropolinguistik merupakan interdisipliner antara antopologi dan linguistik.
d.      Stilistika adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa yang dgunakan dalam bentuk-bentuk karya sastra. Jadi stilistika merupakan interdisipliner anatara linguistik dan ilmu susastra.
e.       Filologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bahasa sebgaimana terdapat dalam bahan-bahan tertulis. Interdisipliner antara linguistik dan sejarah, kebudayaan.
f.       Filsafat bahasa merupakan ubdisiplin linguistik yang mempelajari kodrat hakiki dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia, serta dasar-dasar konseptual dan teoretis liguistik. Interdisipliner antara linguistik dan ilmu filsafat.
g.      Dialektologi adalah subdisipliner linguisti yang mempelajari batas-batas dialek dan bahasa dalam suatu wilayah tertentu. Interdisipliner antara linguitik dan geografi.
*      Struktur, sitem, dan distribusi
Bapak linguistik modern, Ferdinand de Saussure(1857-1913) dalam bukunya Course de linguistique. Membedakan adanya dua jenis hubungan yang terdapat antara satuan-satuan bahasa, yaitu relasi sintagmatik dan relasi asosiatif. Relasi sintagmatik adalah hubungan yang terdapat anatra satuan bahasa didalam kalimat yang konkret tertentu. Sedangkan relasi asosiatif adalah hubugan yang terdapat dalam bahasa, namun tidak tampak dalam susunan satuan kalimat.
Struktur adalah susunan bagian-bagian kalimat atau konstituen kalimat secara linera. Sistem adalah hubungan antara bagian-bagian kalimat tertentu dengan kalimat lainnya. Distibusi yang merupakan istilah utama dalam analisis bahasa menurut model strukturalis Leonard Bloomfield(tokoh linguistik Amerika dengan bukunya Language, terbit 1933), adalah menyangkut masalah dapat tidaknya penggantian suatu konstiuen tertentu dalam kalimat tertentu dengan konstituen lainnya.
*      Analisis bawahan langsung
Analisis bawahan langsung disebut juga analisis unsur langsung atau analisis bawahan terdekat adalah suatu teknik dalam menganalisis unsur-unsur atau konstituen-konstituen yang membangun suatu satuan bahasa, entah satuan kata, satuan frase, satuan klausa, maupun satuan kalimat. Setiap satuan bahasa secara apriori diasumsikan terdiri dari dua buah konstituen yang lansung membangun satuan itu. Misalnya, satuan bahasa yang berupa kata dimakan. Unsur langsungnya adalah di dan makan. Sataun kereta api unsur langsung adalah kereta adan api. Bagan kedua sataun bahasa itu adalah sebagai berikut:
a.       Di        makan                          b. Kereta         api
Untuk satuan-satuan bahasa yang hanya terdiri dari dua buah konstituen seperti contoh diatas tidak ada masalah; tetapi untuk satuan yang lebihbesar, secara kuantitatif terdiri dari beberapa unsur, mulai timbul masalah. Misalnya, bentuk dimakani, apakah unsur langsungnya di dan makani ataukah dimakan dan –i. Keduanya memang mungkin. Bagannya:
a.       Di    makan      i                                   b. Di     makan    i


*      Analisis rangkaian unsur dan analisis proses unsur
Analisis rangkian unsur mengajarkan bahwa setiap satuan bahas dibentuk atau ditata dari unsur-unsur lain. Misalnya, satuan tertimbun terdiri dari ter- + timbun, satuan kedinginan terdiri dari dingin + ke-/- an. Jadi analisis unsur ini setiap satuan bahasa “terdiri dari. . .”, bukan “ dibentuk dari. . .” sebagai hasil dari suatu proses pembentukan. Analisis proses unsur menganggap satiap sataun bahasa adalah merupakan hasil dari suatu proses pembentukan. Jadi, bentuk tertimbun adalah hasil dari proses prefiksasi ter- dengan dasar timbun, bentuk kedinginan adalah hasil dari proses konfiksasi ke-/-an dengan dasar dingin.
*      Manfaat linguistik
Manfaat linguistik sangat banyak. Namun disini saya hanya mengambil manfaat linguistik bagi seorang guru bahasa. Manfaat linguistik bagi guru bahasa. Bagi guru bahasa, pengetahuan linguistik sangat penting, mulai dari subdisiplin fonolohi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi sampai dengan pengetahuan mengenai hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan. Bagaimana mungkin seorang guru bahasa dapat melatih keterampilan berbahasa kalau dia tidak menguasai fonologi; bagaimana bisa melatih keterampilan menulis jika tidak menguasai morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi. Selain itu sebagai guru bahasa dia bukan hanya melatih keterampilan berbahasa, tetapi juga harus menerangkan kaidah-kaidah bahasa dengan benar.
BAB III Objek Linguistik : BAHASA
1.      Pengertian Bahasa
Menurut Kridalaksana(1983, dan juga Djoko Kentjono 1982): “ bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri’. Defenisi ini sejalan dengan defenisi dari Barber(1964:21), Wardhaugh(1977:3), Trager(1949:18), de Saussure(1966:16), dan Bolinger(1975:15).
Dua buah tuturan bisa disebut sebagi dua bahaas yang berbeda berdasarkan patokan, yaitu patokan linguistik dan patokan politis. Secara linguistik bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia adalah sebenarnya hanya dua buah dialek dari bahasa yang sama, yaitu bahasa Melayu. Namun dilihat secara politis bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia adalah dua buah bahasa yang berbeda. Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional bangsa Indonesia dan bahasa Malaysia adalah bahasa Nasional bangsa Malaysia.
2.      Hakikat Bahasa
Beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa:
1.      Bahasa itu adalah sebuah sistem
2.      Bahasa  itu berwujud lambang
3.      Bahasa itu berupa bunyi
Secara teknis menurut Kridalaksana(1983:27) bunyi adalah kesan paad pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Maksud dari  bunyi disini adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
4.      Bahasa itu bersifat arbitrer
Arbitrer artinya sewenang-wenang, berubah-ubah. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer disini adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa(yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
5.      Bahasa itu bermakna
Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu dalam bahasa barupa satuan-satuan yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Semua satuan itu memiliki makna. Namun, karena ada tingkatannya, maka jenis maknanya pun tidak sama. Yang berkenaan denagn morfem dan kata disebut makna leksikal, yang berkenaan dengan frase, klausa, dan kalimat disebut makna gramatikal, dan yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatik.
6.      Bahasa itu bersifat konvensional
7.      Bahasa itu bersifat unik
8.      Bahasa bersifat universal
9.      Bahasa bersifat produktif
10.  Bahasa itu bervariasi
11.  Bahasa itu dinamis
12.  Bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial
13.  Bahasa itu merupakan identitas penuturnya.
BAB IV Tataran Linguistik(1): FONOLOGI
            Silabel adalah satuan runtunan bunyi yang ditandai dengan satu satuan bunyi yang paling nyaring, yang dapat disertai atau tidak oleh sebab bunyi yang lain didepannya, dibelakangnya, atau sekaligus didepan dan dibelakang.
            Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan tentang runtunan bunyi-bunyi bahasa ini disebut Fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik.
1.      Fonetik
Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi bahasa tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Fonetik dibedakan menjadi 3 yaitu:
a.       Fonetik Artikulatoris
Fonetik ini disebut juga fonetik oraganis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Jenis fonetik ini sangat berurusan dengan dunia linguistik,sebabfonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan oleh alat ucap manusia.
b.      Fonetik Akustik
Fonetik ini mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrenya.
c.       Fonetik auditoris
Fonetik ini mempelajari bagaimana mekanisme penerimaaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita. Dan fonetik ini lebih berkenaan dengan bidang kedokteran yaitu neorologi.
·         Alat Ucap
Dalam fonetik artikulatoris hal pertama yang harus dibicarakan adalah alat ucap manusia untuk menghasilakan bunyi bahasa. Sebetulnya alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifat biologis. Misalnya, paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap, dan gigi untuk mengunyah.
Sesuai dengan nomor pada bagian disamping, nama alat-alat ucap, atau alat-alat yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa adalah sebagai berikut:
1.      Paru-paru(lung)
2.      Batang tenggorok(trachea)
3.      Pangkal tenggorok(larynx)
4.      Pita suara(vocal cord)
5.      Krikoid(cricoid)
6.      Tiroid(thyroid) atau lekum
7.      Aritenoid(arythenoid)
8.      Dinding rongga kerongkongan(wall of pharynx)
9.      Epiglotis(epiglottis)
10.  Akar lidah(root of the tongue)
11.  Pangkal lidah(back of the tongue, dorsum)
12.  Tengah lidah(middle of the tongue, medium)
13.  Daun lidah(blade of the tongue, laminum)
14.  Ujung lidah(tip of the tongue, apex)
15.  Anak tekak(uvula)
16.  Langit-langit lunak(soft palate, velum)
17.   Langit-langit keras(hard palate, palatum)
18.  Gusi, lengkun kaki gigi(alveolum)
19.  Gigi atas(upper teeth, dentum)
20.  Gigi bawah(lower teeth, dentum)
21.  Bibir atas(upper lip, labium)
22.  Bibir bawah(lower lip, labium)
23.  Mulut(mouth)
24.  Rongga mulut(oral cavity)
25.  Rongga hidung(nasal cavity)
·         Proses Fonasi
Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru mealui pangkal tenggorok ke pangkal tenggorok, yang didalamnya terdapat pita suara. Supaya uadara bisa terus keluar, pita suara itu harus berada dalam posisi terbuka. 4 macam bentuk pita suara: 1. Pita suara terbuka lebar. Kalau pita suara ini maka tidak akan terjadi bunyi bahasa. 2. Pita suara terbuka agak lebar. Kalau posisi pita suara yang ini maka akan terjadilah bunyi bahasa yang disebut bunyi tak bersuara. 3. Pita suara terbuka sedikit. Maka akan terjadi bunyi bahasa yang disebut bunyi suaa(voice) 4. Pita suara tertutup rapat-rapat. Maka akan terjadi bunyi hamzah atau glotal stop.
            Sesudah melewati pita suara, tempat awal terjadinya bunyi bahasa, arus udara diteruskan ke alat-alat ucap tertentu yang terdapat di rongga mulut atau rongga hidung, dimana bunyi bahasa tertentu akan dihasilkan. Tempat tersebut disebut tempat artikulasi; proses terjadinya disebut proses artikulasi; dan alatnya disebut artikulator. Dalam proses ini terdapat dua macam artikulator, yaitu artikulator pasif dan aktif. Artikulator pasif adalah alat ucap yang tidak dapat bergerak, atau yang didekati oleh artikulator aktif, misalnya, bibir atas, gigi atas, dan langit-langit keras. Artikulator aktif adalah alat ucap yang bergerak atau digerakkan, misalnya bibir bawah, ujung lidah, dan daun lidah.
·         Klasifikasi bunyi
a.       Klasifikasi vokal
Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertikal bisa bersifat horizontal. Secara vertikal dibedakan adanya vokal tinggi, misalnya bunyi[i] dan [u]; vokal tengah, misalya[e] dan []; vokal rendah, misalnya bunyi[a]. Secara horizontal dibedakan adanya vokal depan, misalnya[i] dan [e]; vokal pusat, misalnya []; vokal belakang, misalnya [u] dan [o]. Kemudian menurut bentuk mulut dibedakan adanya vokal bundar dan tidak bundar. Disebut vokal bundar karena bentuk mulut pada saat mengucapkan huruf membundar. Dan disebut vokal tidak bundar karena bentuk mulut saat mengucapkan huruf tidak membundar. Berikut peta vokal:
Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut itulah kemudian kita beri nama akan vokal-vokal itu, misalnya :
[i] adalah vokal depan tinggi tak bundar
[e] adalah vokal depan tengah tak bundar
[] adalah vokal pusat tengah tak bundar
[o] adalah vokal belakang tengah bundar
[a] adalah vokal pusat rendah tak bundar
b.      diftong atau vokal rangkap
            disebut diftong karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strikturnya. Namun, yang dihasilkan bukan dua bunyi, melainkan sebuah bunyi karena berada dalam satu silabel. Contoh diftong dalam bahasa Indonesia adalah[au] seperti kata kerbau dan harimau. Contoh bunyi lain [ai] seperti kata cukai dan landai.
            Diftong sering dibedakan berdasarkan letak unsur-unsurnya, sehingga dibedakan adanya diftong naik yaitu terjadi karena bunyi pertama lebih rendah posisinya dari posisi bunyi yang kedua. Dan diftong turun terjadi karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi yang kedua. Berikut bagan diftong bahasa Indonesia dan diftong dalam bahasa inggris:
c.       klasifikasi konsonan
Tempat artikulasi tidak lain daripada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi itu. Berdasarkan tempat artikulasinya kita mengenal, antara lain, konsonan :
1.      bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir atas. Yang termasuk konsonan bilabial ani adalah bunyi[b], [p], dan [m]. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bunyi [p] dan [b] adalah bunyi oral, yaitu yang dikeluarkan melalui rongga mulut, sedangkan bunyi [m] adalah bunyi nasal yaitu yang dikeluarkan melalui rongga hidung.
2.      Labiodental, yakni konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas, gigi bawah merapat pada bibir atas. Yang termasuk konsonan labiodental adalah bunyi [f] dan [v].
3.      Laminoalveolar, yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi; dalam hal ini, daun lidah menempel pada gusi. Yang termasuk bunyi ini adalah bunyi [t] dan [d].
4.      Dorsovelar, yakni konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak. Yang termasuk bunyi ini adalah [k] dan [g].
Berdasarkan cara artikulasinya, artinya bagaimana gangguan atau hambatan yang dilakukan terhadap arus udara ini, dapatlah kita bedakan adanya konsonan :
1.      Hambat ( letupan, plosif, stop). Disisni artikulasi menutup sepenuhnya aliran udara, sehingga udara mampat dibelakang tempat penutupan itu. Kemudian penutupan itu terbuka secara tiba-tiba, sehingga menyebabkan terjadinya letupan. Yang termasuk konsonan  letupan ini, antara lain, bunyi [p], [b], [t], [d], [k], dan [ g].
2.      Geseran atau frikatif. Disini artikulator aktif mendekati artikulator pasif, membentuk celah sempit, sehingga udara yang lewat mendapatkan  gangguan di celah itu contohnya [f], [s], dan [z].
3.      Paduan. Artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan artikulator pasif. Cara ini merupakan gabungan antara hambatan dan frikatif. Yang termasuk bunyinya, antara lain, [c] dan [j].
4.      Sengau  atau nasal. Disini artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut, tetap membiarkan keluar melalui rongga hidung dengan bebas. Contohnya [m], [n], dan [η].
5.      Getaran atau trill. Disini artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif, sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. Contahnya [r].
6.      Sampingan atau lateral. Disini artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut; lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Contohnya [l].
7.      Hampiran atau aproksiman. Disini artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal, tetapi tidak cukup sempit untuk meghasilakan konsonan getaran. Contohnya [w] dan [y].
d.      Unsur suprasegmental
1.      Tekanan atau stres, menyangkut masalah keras lunaknya bunyi.
2.      Nada atau pitch, berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Dalam bahasa Thai dan Vietnam, nada bersifat morfemis, dapat membedakan makan. Dalam bahasa tonal, biasanya dikenal lima macam nada, yaitu:
a.       Nada naik atau meninggi  yang biasanya diberi tanda garis ke atas/.../
b.      Nada datar, biasanya diberi tanda garis lurus mendatar /.../
c.       Nada turun, biasanya diberi tanda garis menurun /.../
d.      Nada turun naik, yakni nada yang merendah kemudian meninggi, diberi tanda sebagai berikut /.../
e.       Nada naik turun, diberi tanda sebagai berikut /.../
3.       Jeda atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujaran. Dibedakan sendi dalam dan sendi luar. Sendi dalam menunjukkan batas antara satu silabel dengan yang lainnya. Sedangkan sendi luar menunjukkan batas yang lebih besar dari segmen silabel.