LINGUISTIK
UMUM
BAB
I Pendahuluan
Linguistik umum adalah ilmu linguistik itu tidak hanya
mengkai sebuah bahasa saja, seperti bahasa Jawa atau bahasa Arab, melainkan
mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi
sosial milik manusia, yang dalam peristilahan Prancis disebut langage.
Dalam ilmu keilmuan ternyata yang “mengambil” bahasa
sebagai bukan hanya linguistik, tetapi ada pula ilmu atau disiplin lain,
misalnya, ilmu susastra, ilmu sosial,
psikologi, dan fisika. Oleh karena itu, bedanya terletak pada pendekatan
ilmu-ilmu tersebut terhadap bahasa itu. Ilmu susastra mendekati bahasa sebagai
wadah seni, sebagai sarana atau alat untuk mengungkapkan karya seni. Ilmu sosial memandang bahasa sebagai
alat interaksi sosial dalam masyarakat. Psikologi
mendekati bahasa sebagai gejala
pelahiran kejiwaan. Fisika mendekati
bahasa sebagai fenomena alam, yaitu gelombang bunyi yang merambat dari mulut
pembicara ke telinga si pendengar.
Sebagai alat komunikasi manusia bahasa adalah suatu
sistem yang bersifat sistematis dan sekaligus sistemis. Sistemis adalah bahasa
bukan suatu sistem tunggal, melainkanterdiri dari pula dari beberapa subsistem,
yaitu subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem
semantik.
BAB
II Linguistik Sebagai Ilmu
Pada dasarnya setiap ilmu, termasuk juga ilmu liguistik,
telah mengalami tiga tahap perkembanagan sebagai berikut.
Tahap pertama spekulasi.
Dalam tahap ini membicarakan tentang
sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilaukan dengan sikap spekulatif.
Artinya kesimpulan itu dibuat tanpa didukung oeh bukti-bukti empiris dan
dilaksanakan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu.
Tahap kedua tahap
observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini ahli di bidang bahasa baru
mengumpulkan dan meggologkan segala fakta bahasa dengan teliti tanpa memberi
teori atau kesimpulan apapun.
Tahap ketiga adanya
perumusan teori. Pada tahap ni disipin ilmu berusaha memahami
masalah-masalah dasar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah-masalah
itu berdasarkan data empiris yang dikumplkan. Kemudian dirumuskan hipotesis
atau hipotesis-hiptesis yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dan
menyusun tes untuk menguji hipotesis-hipotesis terhadap fakta-fakta yang ada.
Dalam ilmu logika atau ilmu menalar selain adanya
penalaran secara induktif ada juga penalaran secara deduktif. Secara induktif,
mula-mula dikumpulkan data-data khusus; lalu, data-data khusus itu ditarik
kesimpulan umum. Secara deduktif adalah kebalikannya. Artinya, suatu kesimpulan
mengenai data khusus dilakukan berdasarkan kesimpulan umum yang telah ada.
Namun, kebenaran kesimpulan umum, yang lazim disebut premis mayor. Kalau kita
menarik kesimpulan deduktif itu. Kalau kita menarik kesimpulan deduktif dari
premis mayor terhadap data khusus atau premis minor, seperti berikut :
Premis Mayor :
Semua mahasiswa lulus SMA
Premis Minor :
Nita seorang mahasiswa
(data khusus)
Kesimpulan deduktif :
Nita adalah lulus SMA
Pendekatan bahasa sebagai bahasa, sejalan dengan
ciri-ciri hakiki bahasa seperti berikut: pertama, karena bahasa adala bunyi
ujaran, maka linguistik melihat bahasa sebagai bunyi. Artinya bagi linguistik
bahasa lisan adalah primer dan bahasa tulisan adalah skunder. Kedua, karena
bahasa itu unik, maka linguistik tidak berusaha menggunakan kerangka suatu
bahasa untuk dikenakan pada bahasa lain. Ketiga, karena bahasa adalah suatu
sistem, maka linguistik mendekati bahasa bukan sebagai kumpulan unsur yang
terlepas, melainkan sebagai kumpulan unsur yang satu dengan yang lain mempunyai
jaringan hubungan. Keempat, karena bahasa itu dapat berubah dari waktu ke
waktu, sejalan dengan perkembangan sosial budaya masyarakat pemakainya, maka
linguistik memperlakukan bahasa sebagai suatu yang dinamis. Kelima, karena
sifatnya empiris, maka linguistik mendekati bahasa secara deskripsi dan tidak
secara preskriptif. Artinya yang penting dalam linguistik adalah apa yang
sebenarnya diungkapkan oleh seseorang dan bukan apa yang menurut si peneliti seharusnya
diungkapkan.
1.
Berdasarkan objek kajiannya, apakah
bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu dapat dibedakan adanya linguistik umum
dan linguistik khusus
Linguistik
umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum.
Sedangkan linguistik khusus adalah berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa yang
berlaku pada bahasa tertentu, seperti bahasa inggris, bahasa indonesia, ataupun
bahasa jawa.
2.
Berdasarkan objek kajiannya, apakah
bahasa pada masa tertentu atau bahasa pada sepanjang masa dapat dibedakan
adanya linguistik sinkronik dan
linguistik diakronik
Linguistik
sinkronik adalah mengkaji bahasa pada masa yang terbatas. Misalnya megkaji
bahasa indonesia pada tahun dua puluhan, dll. Studi linguistik sinkronik ini
biasa disebut juga linguistik deskripsi, karena berupaya mendeskripsikan bahasa
secara apa adanya pada suatu masa tertentu. Linguistik diakronik berupaya
mengkaji pada masa yang tidak terbatas; bisa sejak awal kelahiran bahasa itu
sampai zaman punahnya bahasa tersebut, atau sampai zaman sekarang.
Kajian
linguistik diakronik bersifat historis dan komperatif. Dan tujuan utama dari
linguistik ini adalah untuk mengetahui sejarah struktural bahasa itu beserta
dengan segala bentuk perubahan dan perkembangannya.
3.
Berdasarka objek kajiannya, apakah
struktur internal bahasa atau bahasa itu dalam hubungannya dengan faktor-faktor
diluar bahasa dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik makro
Linguistik
mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau
struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada
umumnya. Studi linguistik mikro merupakan studi dasar linguistik sebab yang
dipelajari adalah struktur internal bahasa itu. Sedangkan linguistik makro
menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor diluar bahasa, lebih
banayk membahas faktor luar-bahasanya itu daripada stryktur internal bahasa.
Semua
subdisiplin itu bisa bersifat teoritis maupun bersifat terapan, diantaranya:
a.
Sosiolinguistik
adalah subdisiplin ilmu linguistik yang mempelajari bahasa sebagai hubungan
pemakaiannya di Masyarakat. Dalam sosiolinguistik dibicarakan pemakai dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian
bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibat adanay kontak dua buah bahasa atau
lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu. Sosiolinguistik
merupakan interdisipliner antara sosiologi dan linguistik.
b.
Psikolinguistik
adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan bahasa dengan prilaku
dan akal budi manusia, termasuk bagaimana kemampan berbahas itu dapat
diperoleh. Jadi psikolinguistik merupakan interdisipliner antara psikologi dan
linguistik.
c.
Antropolinguistik
adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan bahasa dengan budaya
dan pranata budaya manusia. Antropolinguistik merupakan interdisipliner antara
antopologi dan linguistik.
d.
Stilistika
adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa yang dgunakan dalam
bentuk-bentuk karya sastra. Jadi stilistika merupakan interdisipliner anatara linguistik
dan ilmu susastra.
e.
Filologi
adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata, dan
sejarah suatu bahasa sebgaimana terdapat dalam bahan-bahan tertulis.
Interdisipliner antara linguistik dan sejarah, kebudayaan.
f.
Filsafat
bahasa merupakan ubdisiplin linguistik yang mempelajari
kodrat hakiki dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia, serta dasar-dasar
konseptual dan teoretis liguistik. Interdisipliner antara linguistik dan ilmu
filsafat.
g.
Dialektologi
adalah subdisipliner linguisti yang mempelajari batas-batas dialek dan bahasa
dalam suatu wilayah tertentu. Interdisipliner antara linguitik dan geografi.
Struktur, sitem, dan distribusi
Bapak
linguistik modern, Ferdinand de Saussure(1857-1913) dalam bukunya Course de linguistique. Membedakan
adanya dua jenis hubungan yang terdapat antara satuan-satuan bahasa, yaitu relasi sintagmatik dan relasi asosiatif. Relasi sintagmatik
adalah hubungan yang terdapat anatra satuan bahasa didalam kalimat yang konkret
tertentu. Sedangkan relasi asosiatif adalah hubugan yang terdapat dalam bahasa,
namun tidak tampak dalam susunan satuan kalimat.
Struktur
adalah susunan bagian-bagian kalimat atau konstituen kalimat secara linera.
Sistem adalah hubungan antara bagian-bagian kalimat tertentu dengan kalimat
lainnya. Distibusi yang merupakan istilah utama dalam analisis bahasa menurut
model strukturalis Leonard Bloomfield(tokoh linguistik Amerika dengan bukunya
Language, terbit 1933), adalah menyangkut masalah dapat tidaknya penggantian
suatu konstiuen tertentu dalam kalimat tertentu dengan konstituen lainnya.
Analisis bawahan langsung
Analisis
bawahan langsung disebut juga analisis unsur langsung atau analisis bawahan
terdekat adalah suatu teknik dalam menganalisis unsur-unsur atau
konstituen-konstituen yang membangun suatu satuan bahasa, entah satuan kata,
satuan frase, satuan klausa, maupun satuan kalimat. Setiap satuan bahasa secara
apriori diasumsikan terdiri dari dua buah konstituen yang lansung membangun
satuan itu. Misalnya, satuan bahasa yang berupa kata dimakan. Unsur langsungnya adalah di dan makan. Sataun kereta api unsur langsung adalah kereta adan api. Bagan kedua sataun bahasa itu adalah sebagai berikut:
a.
Di makan b.
Kereta api
Untuk
satuan-satuan bahasa yang hanya terdiri dari dua buah konstituen seperti contoh
diatas tidak ada masalah; tetapi untuk satuan yang lebihbesar, secara
kuantitatif terdiri dari beberapa unsur, mulai timbul masalah. Misalnya, bentuk
dimakani, apakah unsur langsungnya di dan makani ataukah dimakan
dan –i. Keduanya memang mungkin.
Bagannya:
a.
Di makan
i b.
Di makan i
Analisis rangkaian unsur dan analisis
proses unsur
Analisis
rangkian unsur mengajarkan bahwa setiap satuan bahas dibentuk atau ditata dari
unsur-unsur lain. Misalnya, satuan tertimbun
terdiri dari ter- + timbun, satuan kedinginan terdiri dari dingin
+ ke-/- an. Jadi analisis unsur ini setiap satuan bahasa “terdiri dari. .
.”, bukan “ dibentuk dari. . .” sebagai hasil dari suatu proses pembentukan.
Analisis proses unsur menganggap satiap sataun bahasa adalah merupakan hasil
dari suatu proses pembentukan. Jadi, bentuk tertimbun
adalah hasil dari proses prefiksasi ter-
dengan dasar timbun, bentuk kedinginan adalah hasil dari proses
konfiksasi ke-/-an dengan dasar dingin.
Manfaat linguistik
Manfaat
linguistik sangat banyak. Namun disini saya hanya mengambil manfaat linguistik
bagi seorang guru bahasa. Manfaat linguistik bagi guru bahasa. Bagi guru
bahasa, pengetahuan linguistik sangat penting, mulai dari subdisiplin fonolohi,
morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi sampai dengan pengetahuan mengenai
hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan. Bagaimana mungkin seorang
guru bahasa dapat melatih keterampilan berbahasa kalau dia tidak menguasai
fonologi; bagaimana bisa melatih keterampilan menulis jika tidak menguasai
morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi. Selain itu sebagai guru bahasa
dia bukan hanya melatih keterampilan berbahasa, tetapi juga harus menerangkan
kaidah-kaidah bahasa dengan benar.
BAB
III Objek Linguistik : BAHASA
1.
Pengertian Bahasa
Menurut
Kridalaksana(1983, dan juga Djoko Kentjono 1982): “ bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri’. Defenisi ini
sejalan dengan defenisi dari Barber(1964:21), Wardhaugh(1977:3), Trager(1949:18),
de Saussure(1966:16), dan Bolinger(1975:15).
Dua
buah tuturan bisa disebut sebagi dua bahaas yang berbeda berdasarkan patokan,
yaitu patokan linguistik dan patokan politis. Secara linguistik bahasa
Indonesia dan bahasa Malaysia adalah sebenarnya hanya dua buah dialek dari
bahasa yang sama, yaitu bahasa Melayu. Namun dilihat secara politis bahasa
Indonesia dan bahasa Malaysia adalah dua buah bahasa yang berbeda. Bahasa
Indonesia adalah bahasa Nasional bangsa Indonesia dan bahasa Malaysia adalah bahasa
Nasional bangsa Malaysia.
2.
Hakikat Bahasa
Beberapa
ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa:
1. Bahasa
itu adalah sebuah sistem
2. Bahasa itu berwujud lambang
3. Bahasa
itu berupa bunyi
Secara
teknis menurut Kridalaksana(1983:27) bunyi adalah kesan paad pusat saraf
sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena
perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Maksud dari bunyi disini adalah bunyi-bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia.
4. Bahasa
itu bersifat arbitrer
Arbitrer
artinya sewenang-wenang, berubah-ubah. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer
disini adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa(yang berwujud
bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
5. Bahasa
itu bermakna
Lambang-lambang bunyi bahasa yang
bermakna itu dalam bahasa barupa satuan-satuan yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan
wacana. Semua satuan itu memiliki makna. Namun, karena ada tingkatannya,
maka jenis maknanya pun tidak sama. Yang berkenaan denagn morfem dan kata
disebut makna leksikal, yang
berkenaan dengan frase, klausa, dan kalimat disebut makna gramatikal, dan yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatik.
6. Bahasa
itu bersifat konvensional
7. Bahasa
itu bersifat unik
8. Bahasa
bersifat universal
9. Bahasa
bersifat produktif
10. Bahasa
itu bervariasi
11. Bahasa
itu dinamis
12. Bahasa
itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial
13. Bahasa
itu merupakan identitas penuturnya.
BAB IV Tataran Linguistik(1):
FONOLOGI
Silabel adalah satuan runtunan bunyi
yang ditandai dengan satu satuan bunyi yang paling nyaring, yang dapat disertai
atau tidak oleh sebab bunyi yang lain didepannya, dibelakangnya, atau sekaligus
didepan dan dibelakang.
Bidang linguistik yang mempelajari,
menganalisis, dan membicarakan tentang runtunan bunyi-bunyi bahasa ini disebut Fonologi, yang secara etimologi
terbentuk dari kata fon yaitu bunyi
dan logi yaitu ilmu. Menurut hierarki
satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik.
1. Fonetik
Fonetik
adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan
apakah bunyi bahasa tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Fonetik dibedakan menjadi 3 yaitu:
a. Fonetik
Artikulatoris
Fonetik ini disebut juga fonetik
oraganis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat
bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana
bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Jenis fonetik ini sangat berurusan dengan
dunia linguistik,sebabfonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana
bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan oleh alat ucap manusia.
b. Fonetik
Akustik
Fonetik ini mempelajari bunyi bahasa
sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki
frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrenya.
c. Fonetik
auditoris
Fonetik ini mempelajari bagaimana
mekanisme penerimaaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita. Dan fonetik ini lebih
berkenaan dengan bidang kedokteran yaitu neorologi.
·
Alat Ucap
Dalam
fonetik artikulatoris hal pertama yang harus dibicarakan adalah alat ucap
manusia untuk menghasilakan bunyi bahasa. Sebetulnya alat yang digunakan untuk
menghasilkan bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifat
biologis. Misalnya, paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap, dan gigi
untuk mengunyah.
Sesuai
dengan nomor pada bagian disamping, nama alat-alat ucap, atau alat-alat yang
terlibat dalam produksi bunyi bahasa adalah sebagai berikut:
1.
Paru-paru(lung)
2.
Batang tenggorok(trachea)
3.
Pangkal tenggorok(larynx)
4.
Pita suara(vocal cord)
5.
Krikoid(cricoid)
6.
Tiroid(thyroid) atau lekum
7.
Aritenoid(arythenoid)
8.
Dinding rongga kerongkongan(wall of
pharynx)
9.
Epiglotis(epiglottis)
10.
Akar lidah(root of the tongue)
11.
Pangkal lidah(back of the tongue, dorsum)
12.
Tengah lidah(middle of the tongue,
medium)
13.
Daun lidah(blade of the tongue, laminum)
14.
Ujung lidah(tip of the tongue, apex)
15.
Anak tekak(uvula)
16.
Langit-langit lunak(soft palate, velum)
17.
Langit-langit keras(hard palate, palatum)
18.
Gusi, lengkun kaki gigi(alveolum)
19.
Gigi atas(upper teeth, dentum)
20.
Gigi bawah(lower teeth, dentum)
21.
Bibir atas(upper lip, labium)
22.
Bibir bawah(lower lip, labium)
23.
Mulut(mouth)
24.
Rongga mulut(oral cavity)
25.
Rongga hidung(nasal cavity)
·
Proses Fonasi
Terjadinya
bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari
paru-paru mealui pangkal tenggorok ke pangkal tenggorok, yang didalamnya
terdapat pita suara. Supaya uadara
bisa terus keluar, pita suara itu harus berada dalam posisi terbuka. 4 macam
bentuk pita suara: 1. Pita suara terbuka lebar. Kalau pita suara ini maka tidak
akan terjadi bunyi bahasa. 2. Pita suara terbuka agak lebar. Kalau posisi pita
suara yang ini maka akan terjadilah bunyi bahasa yang disebut bunyi tak
bersuara. 3. Pita suara terbuka sedikit. Maka akan terjadi bunyi bahasa yang
disebut bunyi suaa(voice) 4. Pita suara tertutup rapat-rapat. Maka akan terjadi
bunyi hamzah atau glotal stop.
Sesudah melewati pita
suara, tempat awal terjadinya bunyi bahasa, arus udara diteruskan ke alat-alat
ucap tertentu yang terdapat di rongga mulut atau rongga hidung, dimana bunyi
bahasa tertentu akan dihasilkan. Tempat tersebut disebut tempat artikulasi;
proses terjadinya disebut proses artikulasi; dan alatnya disebut artikulator.
Dalam proses ini terdapat dua macam artikulator, yaitu artikulator pasif dan
aktif. Artikulator pasif adalah alat ucap yang tidak dapat bergerak, atau yang
didekati oleh artikulator aktif, misalnya, bibir atas, gigi atas, dan
langit-langit keras. Artikulator aktif adalah alat ucap yang bergerak atau
digerakkan, misalnya bibir bawah, ujung lidah, dan daun lidah.
·
Klasifikasi bunyi
a. Klasifikasi
vokal
Bunyi
vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan
bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertikal bisa bersifat horizontal.
Secara vertikal dibedakan adanya vokal tinggi, misalnya bunyi[i] dan [u]; vokal
tengah, misalya[e] dan [∂];
vokal rendah, misalnya bunyi[a]. Secara horizontal dibedakan adanya vokal
depan, misalnya[i] dan [e]; vokal pusat, misalnya [∂]; vokal belakang,
misalnya [u] dan [o]. Kemudian menurut bentuk mulut dibedakan adanya vokal
bundar dan tidak bundar. Disebut vokal bundar karena bentuk mulut pada saat
mengucapkan huruf membundar. Dan disebut vokal tidak bundar karena bentuk mulut
saat mengucapkan huruf tidak membundar. Berikut peta vokal:
Berdasarkan
posisi lidah dan bentuk mulut itulah kemudian kita beri nama akan vokal-vokal
itu, misalnya :
[i]
adalah vokal depan tinggi tak bundar
[e]
adalah vokal depan tengah tak bundar
[∂] adalah vokal pusat
tengah tak bundar
[o]
adalah vokal belakang tengah bundar
[a]
adalah vokal pusat rendah tak bundar
b. diftong
atau vokal rangkap
disebut diftong karena posisi lidah ketika memproduksi
bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu
menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta
strikturnya. Namun, yang dihasilkan bukan dua bunyi, melainkan sebuah bunyi
karena berada dalam satu silabel. Contoh diftong dalam bahasa Indonesia adalah[au] seperti kata kerbau dan harimau.
Contoh bunyi lain [ai] seperti kata cukai dan landai.
Diftong sering dibedakan berdasarkan letak
unsur-unsurnya, sehingga dibedakan adanya diftong naik yaitu terjadi karena
bunyi pertama lebih rendah posisinya dari posisi bunyi yang kedua. Dan diftong
turun terjadi karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi yang
kedua. Berikut bagan diftong bahasa Indonesia dan diftong dalam bahasa inggris:
c. klasifikasi
konsonan
Tempat
artikulasi tidak lain daripada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi
itu. Berdasarkan tempat artikulasinya kita mengenal, antara lain, konsonan :
1. bilabial, yaitu
konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir
atas. Yang termasuk konsonan bilabial ani adalah bunyi[b], [p], dan [m]. Dalam
hal ini perlu diperhatikan, bunyi [p] dan [b] adalah bunyi oral, yaitu yang
dikeluarkan melalui rongga mulut, sedangkan bunyi [m] adalah bunyi nasal yaitu
yang dikeluarkan melalui rongga hidung.
2. Labiodental, yakni
konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas, gigi bawah merapat pada
bibir atas. Yang termasuk konsonan labiodental adalah bunyi [f] dan [v].
3. Laminoalveolar, yaitu
konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi; dalam hal ini, daun lidah
menempel pada gusi. Yang termasuk bunyi ini adalah bunyi [t] dan [d].
4. Dorsovelar, yakni
konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak.
Yang termasuk bunyi ini adalah [k] dan [g].
Berdasarkan
cara artikulasinya, artinya bagaimana gangguan atau hambatan yang dilakukan
terhadap arus udara ini, dapatlah kita bedakan adanya konsonan :
1. Hambat (
letupan, plosif, stop). Disisni artikulasi menutup sepenuhnya aliran udara,
sehingga udara mampat dibelakang tempat penutupan itu. Kemudian penutupan itu
terbuka secara tiba-tiba, sehingga menyebabkan terjadinya letupan. Yang
termasuk konsonan letupan ini, antara
lain, bunyi [p], [b], [t], [d], [k], dan [ g].
2. Geseran atau
frikatif. Disini artikulator aktif
mendekati artikulator pasif, membentuk celah sempit, sehingga udara yang lewat
mendapatkan gangguan di celah itu
contohnya [f], [s], dan [z].
3. Paduan. Artikulator
aktif menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan
artikulator pasif. Cara ini merupakan gabungan antara hambatan dan frikatif.
Yang termasuk bunyinya, antara lain, [c] dan [j].
4. Sengau atau nasal. Disini
artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut, tetap membiarkan
keluar melalui rongga hidung dengan bebas. Contohnya [m], [n], dan [η].
5. Getaran atau trill. Disini
artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif, sehingga
getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. Contahnya [r].
6. Sampingan atau lateral.
Disini artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut; lalu
membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Contohnya [l].
7. Hampiran atau aproksiman.
Disini artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi
terbuka seperti dalam pembentukan vokal, tetapi tidak cukup sempit untuk
meghasilakan konsonan getaran. Contohnya [w] dan [y].
d. Unsur
suprasegmental
1. Tekanan
atau stres, menyangkut masalah keras lunaknya bunyi.
2. Nada
atau pitch, berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Dalam bahasa Thai
dan Vietnam, nada bersifat morfemis, dapat membedakan makan. Dalam bahasa
tonal, biasanya dikenal lima macam nada, yaitu:
a. Nada naik atau meninggi
yang biasanya diberi tanda garis ke
atas/.../
b. Nada datar, biasanya
diberi tanda garis lurus mendatar /.../
c. Nada turun, biasanya
diberi tanda garis menurun /.../
d. Nada turun naik, yakni
nada yang merendah kemudian meninggi, diberi tanda sebagai berikut /.../
e. Nada naik turun, diberi tanda sebagai
berikut /.../
3. Jeda atau persendian berkenaan dengan hentian
bunyi dalam arus ujaran. Dibedakan sendi dalam dan sendi luar. Sendi dalam
menunjukkan batas antara satu silabel dengan yang lainnya. Sedangkan sendi luar
menunjukkan batas yang lebih besar dari segmen silabel.